Orang tua pastinya baik. Tidak ada satupun orang tua di dunia ini yang mau menghancurkan masa depan anaknya. Jujur saja kadang kala kita bersikap berlebihan. Menginginkan mereka menjadi anak di mulut kita. Anak yang bernilai di mata orang lain.
Anak yang
berprestasi misalnya. Jika anak memiliki prestasi membuat orang tua merasa
bahwa itu adalah hasil dari didikan mereka. “Ini baru anak papah. Itu baru anak
mamah”. Dengan segala cara kita mendidik mereka untuk sempurna dan tanpa sadar akan
perubahan yang terjadi di dalam diri si anak.
Hancurnya Seorang Anak
karena Dibentuk Sempurna di Mulut Kita
Ini hal
yang serius. Sikap kita nyatanya dengan mudah bisa menghancurkan seorang anak,
walaupun anak tersebut sempurna tapi hal itu hanya di mulut yang kita ucapkan
ke tetangga dan kolega. Padahal di balik sosok yang manis tersebut, anak kita adalah
seorang yang penakut, rendah diri, introvert, pemberontak, kesal dengan
pelajaran dan kurang fokus.
Menurut
Profesor Luar Negeri yang mengatakan bahwa dirinya ahli dalam mendidik anak, berikut
sikap dan kelakuan para orang tua yang katanya ‘berlebihan’ dan mungkin tidak kita
sadari dapat menghancurkan anak, di antaranya:
#Anak Merasa Rendah Diri -
Pukul Ia Secara Fisik dan Mental
Ada banyak
alasan mengapa anak menjadi rendah diri. Bisa kita bayangkan penindasan yang kita
lakukan dengan cara memukul baik secara fisik maupun mental. “Begini saja kok tidak
bisa”. “Lihat tuh si Budi dapat juara, mengapa kamu tidak”. Atau terkadang kita
sering kali berkata “Jika tidak belajar uang jajan kamu di stop”.
Anak
menjadi rendah diri jika di hujam dengan ‘buangan sampah serapah’ kita. Kritik,
serangan verbal dan pukulan ‘mencubit’ yang berlebihan membuat anak merasa rendah.
Apalagi jika anak tersebut tumbuh di keluarga yang kasar secara emosional.
#Anak Menjadi Introvert - Bicaralah
Lebih Banyak
Kita para orang
tua merasa suara kita harus dan patut di dengar. Kita yang benar dan ia yang
salah. Padahal, tidak ada yang salah dengan anak. Faktanya bahwa tidak seorang
pun di nyatakan bersalah jika ia tidak mengetahui bahwa itu salah.
Beberapa
dari kita, berbicara lebih banyak dan tidak memberikan ruang yang cukup pada
anak untuk berpendapat tentang apa yang mereka pikirkan, rasakan dan alami
sesuai dengan batas mereka.
Memang
tidak ada yang salah dengan introvert. Tapi ya namanya juga anak-anak,
terkadang celotehan mereka bukan karena ingin menyindir atau mengkritik. Meraka
hanya ingin tahu lebih banyak “mengapa begini, mengapa bisa begitu”dan mengutarakan
kata demi kata demi eksistensi.
#Anak Menjadi Penakut - Intimidasi
Berlebihan
Rasa takut
dan kecemasan pada anak adalah hal yang wajar. Tetapi jika hal tersebut
berlebihan tentu itu tidak baik. Intimidasi berlebihan membuat anak menjadi
takut untuk melakukan hal yang sebenarnya harus mereka pelajari, lakukan dan
amati.
Orang tua sangat
bisa menjadi pelaku intimidasi terdekat anak. “Ihh ngeri, banyak momok”
misalnya. Intimidasi itu seperti kejahatan yang terselubung. Apa lagi itu di
lakukan oleh orang terdekat.
#Anak Menjadi Pemberontak
- Omelan Lebih Banyak
Tidak mudah
menjadi orang tua. Lebih tidak mudah lagi menjadi seorang anak. Anak yang
terbelenggu dengan aturan yang tidak logis akan mencari jalan untuk keluar.
Pastinya dengan cara memberontak. Ada fase di mana sang anak mencari jati
dirinya.
Kata anak:
“mengapa aku tidak boleh melakukan ini?”. Jika kita terus membiasakan ‘Ngomel’
terus menerus secara berulang dan berlebihan, 100 persen anak akan berontak
karena ia berotak. Mereka hanya menunggu waktu yang tepat.
#Anak Bosan Belajar -
Lebih Banyak Pertanyaan dan Persoalan
Seorang
anak akan sangat kesal dan bosan dalam belajar, bukan karena mereka tidak
pintar dan malas. Tapi karena kita memberikan ‘lebih banyak’ pertanyaan dan
persoalan yang nyata-nyata itu meneruskan ambisi kita menjadikan mereka anak
dimulut kita.
Pola
pengajaran dari sistim Pendidikan yang kita anut memberikan standart nilai
berdasarkan pada seberapa banyak mereka benar dalam mengerjakan soal. Pemahaman
materi secara ‘mendalam’ jauh lebih penting dari pada memberikan mereka lebih
banyak pertanyaan dan persoalan.
#Anak Kurang Fokus - Berikan
Anak Banyak Gangguan
Anak
menjadi tidak atau susah fokus boleh jadi karena ia kurang memahami atau banyak
gangguan yang mereka dapatkan. Gangguan kadang kala datang dari kita para orang
tua. Belum selesai mengerjakan ini, malahan di suruh mengerjakan itu. Saat
makan pun orang tua sering sekali memarahi si anak.
Gangguan bisa juga di sebabkan oleh kebisingan, kurang istirahat, kurang nutrisi, dan trauma. Kebiasaan yang berulang dapat membentuk anak kurang fokus dan sikap kita hanya sebatas melepaskan sesuatu yang kita mau.
Notes
Jadi, sudah
merasa hebat menjadi orang tua?. Apakah mereka sudah menjadi anak di mulutmu?
Apakah kamu merasa sikap kita kepada anak sudah mencerminkan dan sesuai dengan
ijazah kamu, atau malahan yang kamu lakukan, ‘menghancurkan’ meraka.
Ini bukan
tentang menjadi guru untuk para suhu. Menghancurkan juga bukan berarti menjerumuskan
anak ke lorong yang gelap. Ini tentang kebiasaan kita dan boleh jadi adalah suatu
budaya.
Beruntungnya
kita, anak-anak itu mudah memaafkan dan tidak dendam. Mereka kesal karena di marahi
tetapi mereka paham bahwa suara keras kita kepada mereka, pertanda rasa sayang.
Mereka memahami itu Ketika dewasa nantinya.
Anak-anak kita
pada akhirnya akan menjadi apa yang di mulut kita terucap.
-----Why Me
Post a Comment