Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook menjadi wadah untuk berbagi momen dan cerita dengan orang lain. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren baru di media sosial yang disebut Fake Daily Activity. Tren ini mengacu pada kebiasaan pengguna media sosial untuk memamerkan kehidupan yang tampak sempurna, meskipun kenyataannya berbeda.
Pengguna
Fake Daily Activity (FDA) seringkali memposting foto dan video yang menunjukkan gaya
hidup mewah, liburan eksotis, dan pencapaian luar biasa. Mereka mungkin juga
membuat cerita yang dibuat-buat untuk menarik perhatian dan mendapatkan
pengikut. Tren ini menimbulkan beberapa pertanyaan menarik. Mengapa orang-orang
merasa perlu untuk pamer kehidupan yang tidak nyata di media sosial? Apa dampak
dari tren ini bagi individu dan masyarakat?
Fake Daily Activity Menjadi Trend
Ada-ada
saja kelakuan anak muda saat ini, Daily activity dibuat ‘Fake’
alias palsu. Melakukan kegiatan harian super ideal “bangun pagi, sikat gigi,
bantu ibu, bersih-bersih, cuci piring” dan ternyata itu semua hanya cerita karangan
‘Fake Activity Story’. Hihihi… Lalu di upload deh, pada sosial
media seraya mengharapkan like dan comment dari kamu. Mungkin
saja itu semua dengan tujuan agar dicap baik ‘Gitu Lho’. Fake Daily
Activity Menjadi Trend 2023.
Kamu apa
tujuannya?
Daily
activity itu
sebenarnya kegiatan seseorang dalam mengisi keseharian. Jika hal tersebut palsu,
tentu hanya akan membuang-buang waktu. Tapi tidak bagi penonton. Pun jika kamu
seorang publik figure dengan segala settingan dan cerita bahagia ‘bohongan’.
Jika ini
tidak merugikan orang lain, tapi tetap saja itu…
Pamer Kehidupan Sempurna
Karena
maraknya konten creator, bahkan seorang anak sekolahan pun bisa menjadi
tontonan dengan story yang menarik. Media You Tube, Instagram Story, dan TikTok
sebagai basis media terbesar saat ini, menjadi ajang perolehan tepuk tangan dan
perhatian.
Semua orang
kini bebas membuat tontonan ala private. Bercerita tentang kisah hidup
yang ideal, ‘Indonesian dream’, malaupun itu hanya impian, tapi kan tidak
merugikan orang. “Ini story ku, tamfan, kaya, dan berwibawa”.
Dari pada
menonton ‘sinetron televisi’ yang gak jelas dan itu-itu saja, seperti: film
India, tinggalkan tante. Sedikit cerita karangan dan settingan, menjadi
tontonan yang bisa membuat orang terkagum-kagum.
Sangking
kagumnya dengan “kehidupan glamor impian”, kita lupa dengan realita dan
kenyataan bahwa, kopi itu pahit Tuan. Kopi itu pahit, sepahit cerita tetangga
tentang kita. Sama pahitnya dengan perlakuan julidnya teman seperjuangan.
Antara Gaya Hidup Glamor
dan Kenyataan Pahit
Di era
media sosial ini, kita sering disuguhkan dengan berbagai tampilan gaya hidup
glamor yang penuh kemewahan. Unggahan foto dan video dipenuhi dengan “Liburan
eksotis, barang-barang branded”, dan kehidupan serba berkecukupan. Hal ini
tak jarang menimbulkan perasaan iri dan ingin memiliki kehidupan yang sama.
Namun, di
balik gemerlapnya gaya hidup glamor, seringkali tersembunyi kenyataan pahit
yang tak terlihat. Tak jarang, orang-orang yang memamerkan kemewahan ini
memiliki hutang yang menumpuk, hubungan yang renggang, atau bahkan depresi
karena tekanan untuk selalu tampil sempurna.
Penting
untuk diingat bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan
realita. Kita harus bijak dalam menyikapinya dan tidak mudah tergoda untuk
membandingkan hidup kita dengan orang lain.
Fokuslah
pada kebahagiaan dan pencapaian diri sendiri, tanpa perlu terjebak dalam ilusi
gaya hidup glamor yang semu. "Jalani hidup sesuai dengan impian dan fokus
pada hal-hal positif", Ini menjadi Quotes yang banyak orang
perjuangkan. Menjadi pribadi yang baik, ideal dan bermanfaat. Lalu, bagaimana
jika hidup kita hanya settingan belaka. Seperti mencari viral untuk terkenal. Mmmm…
Pembahasan
ini bisa kemana-mana. Dari Fake daily activity, menciptakan kreatifitas unik, hingga menjadi
dikenal banyak orang.
Seperti munculnya
'artis' dadakan berkat fenomena viral. Menunjukkan daily activity dengan aksi yang tidak
seperti biasanya. Unik dan menarik untuk ditonton. Setelah viral di media
sosial, ‘orang yang sukses menarik perhatian’ diundang menjadi bintang tamu di
stasiun televisi.
Kepopuleran
ini meroket walaupun tidak bertahan lama. Kepopuleran yang singkat itu
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Membangun identitas publik dan brand
personal, itu yang terpenting. Kita mau dikenal sebagai apa dan menjadi apa.
Untuk Kamu Secara Pribadi
Ini untukmu
secara pribadi empat mata. Kenali diri sendiri dan apa yang benar-benar penting
bagi kamu. Berhentilah membandingkan diri dengan orang lain dan fokuslah untuk
membangun kehidupan yang meaningful dan sesuai dengan nilai-nilai kamu.
Tentu saja
ada banyak hal yang berubah dari kehidupan seseorang yang mendadak terkenal.
Menjadi terkenal itu sangat - sangat orang idamkan. Dan biasanya, orang akan
mempertahankan kehidupan seperti ini.
Dikenal
banyak orang, dipuja, mudah bersosialisasi, mudah untuk mencari pinjaman,
ngomong salah pun dianggap benar, keliru ada yang bela, dan menipu menjadi
keharusan agar tampil sempurna. Lalu dipoles dengan daily activity palsu deh.
Dan
sekarang mereka harus menutupi kepalsuan dengan kepalsuan lainnya agar tetap
terkenal. Saran kami dalam hidup ini, kita mempunyai sedikit kemungkinan untuk
melakukan hal-hal besar. Tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cerita-cerita
yang besar.
Ingat-Ingat!
Tren Fake
Daily Activity di media sosial memang menarik dan menghibur kala gak
ngapa-ngapain, namun perlu diingat bahwa apa yang terlihat tidak selalu
mencerminkan realita. Penting untuk menjaga keaslian dan fokus pada kebahagiaan
diri sendiri, daripada terjebak dalam ilusi kesempurnaan yang semu.
Gunakan
media sosial secara bijak dan bertanggung jawab. Bagikan momen-momen positif
dan inspiratif, tanpa perlu berlebihan dalam memamerkan kekayaan atau gaya
hidup yang glamor.
Mari ciptakan komunitas media sosial yang lebih positif dan autentik, di mana orang-orang merasa bebas untuk menjadi diri sendiri dan saling mendukung satu sama lain. Ingatlah, kebahagiaan dan kesuksesan yang hakiki tidak terletak pada apa yang kita miliki atau tunjukkan kepada orang lain, melainkan pada apa yang kita capai dan rasakan.
--- Why Me ---
Post a Comment