Seekor Tikus Pun Percaya Ia Akan Diselamatkan. Apalagi Kita Manusia

Curt Richter, seorang profesor di Johns Hopkins pada tahun 1950-an, melakukan eksperimen yang kontroversial dengan menenggelamkan tikus untuk mempelajari respons mereka terhadap situasi yang sulit. Dan memang benar, eksperimen ini telah menghasilkan temuan yang menarik.

Meskipun metode yang digunakan telah memicu kontroversial dari sisi etika dalam penelitian ilmiah, eksperimen tersebut memberikan sumbangan signifikan dalam pemahaman kita tentang kekuatan psikologis, khususnya peran harapan dalam mengatasi kesulitan.



 

Satu Eksperimen Tikus Tenggelam

Curt Richter melakukan percobaan dengan menenggelamkan tikus-tikus dalam ember berisi air untuk melihat seberapa lama mereka bisa bertahan hidup. Ia ingin tahu faktor apa saja yang membuat beberapa tikus bertahan lebih lama daripada yang lainnya. Percobaan demi percobaan pun di lakukan.

 

Percobaan Pertama

Dalam percobaan awal, dua belas ekor tikus percobaan secara bergantian ditempatkan dalam wadah berisi air. Fase awal percobaan menunjukkan perilaku eksplorasi yang beragam, dengan beberapa individu cenderung menyelam ke dasar wadah sementara yang lainnya lebih memilih untuk tetap berada di permukaan. Durasi bertahan hidup bervariasi secara signifikan antar individu, dengan rentang waktu mulai dari beberapa menit hingga beberapa hari.

 

Percobaan Kedua

Pada tahap kedua eksperimen, tiga puluh empat ekor tikus liar yang baru di tangkap, di kenal dengan sifat buas dan agresifnya, dipilih sebagai subjek penelitian. Hipotesis awal adalah bahwa kemampuan berenang yang baik dan insting bertahan hidup yang kuat akan memungkinkan kelompok ini untuk bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan tikus peliharaan.

Namun, Hasil yang di peroleh dari kelompok tikus liar sangat mengejutkan. Meskipun memiliki keunggulan fisik dan temperamen yang agresif, tidak satu pun dari mereka yang mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lebih baik. Temuan ini mengindikasikan adanya faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi daya tahan hewan dalam situasi sulit.

 


Apa Yang Terjadi?


Situasi yang dialami tikus-tikus tersebut tampaknya tidak menuntut perlawanan atau pelarian. Melainkan keputusasaan. Tikus-tikus ini berada dalam situasi yang tidak dapat mereka lawan, dan mereka tampaknya benar-benar menyerah. “Kami tak berdaya, jadi mati sajalah”.


Kira-kira seperti itu.

 

Percobaan Ketiga

Dalam percobaan terakhir, Curt merancang sebuah eksperimen untuk menguji ketahanan bertahan hidup tikus, dengan memberikan tambahan berupa: "pengaruh harapan".

Ia memilih kelompok tikus yang memiliki karakteristik yang sama, lalu memasukkannya ke dalam air. Ketika tikus-tikus tersebut hampir menyerah, Curt segera menyelamatkan mereka, memberikan perawatan singkat, dan kemudian mengembalikan mereka ke dalam air.


Hasilnya cukup menarik.

Menunjukkan bahwa tikus-tikus yang pernah di selamatkan, secara signifikan meningkatkan waktu bertahan hidup mereka. Pengalaman di selamatkan telah memberikan harapan kepada tikus-tikus tersebut tentang “Kami percaya akan di tolong”, sehingga mereka memiliki motivasi yang lebih kuat untuk bertahan hidup.

Seekor Tikus Percaya Ia Akan Di selamatkan.

 


Satu Kesimpulan Sementara

Curt menyimpulkan bahwa harapan adalah kunci keberlangsungan hidup dalam situasi putus asa. Tikus yang memiliki pengalaman positif di masa lalu, seperti pernah di selamatkan, misalnya. Ketika situasi sulit terjadi kembali, mereka cenderung bertahan lebih lama karena mereka merasa “memiliki harapan”. Sebaliknya, tikus yang tidak memiliki pengalaman positif cenderung menyerah lebih cepat.

Dengan kata lain, Curt berpendapat bahwa harapan dapat mengubah segalanya.

Tikus-tikus dengan cepat menyadari bahwa situasi yang mereka hadapi tidak seburuk apa yang mereka kira. Pengalaman di selamatkan telah membuktikan kepada mereka bahwa “Selalu ada kemungkinan untuk bertahan hidup”. Dengan keyakinan ini, mereka mampu mengatasi rasa putus asa dan terus berjuang.


Mereka belajar bahwa situasi yang awalnya tampak ‘tanpa harapan’ sebenarnya dapat berubah. “Dengan keyakinan yang selalu di perbarui”, mereka tidak lagi pasrah menghadapi kematian, melainkan aktif mencari cara untuk bertahan hidup.

 


Bahkan Seekor Tikus Pun Percaya Ia Akan Diselamatkan

Apa arti sebenarnya dari percobaan ini bagi kita? Tidak ada?

Maaf kata, meskipun manusia dan tikus jelas sangat berbeda, sebenarnya kita memiliki kesamaan, lho. Yaitu Sama-sama mencoba bertahan hidup. Dan yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah seberapa besar harapan untuk bertahan itu.


Ini sama ketika manusia di hadapkan pada kesulitan, harapan menjadi kekuatan pendorong yang luar biasa. Harapan memberikan semangat untuk terus berjuang. Memberikan keyakinan pada diri bahwa ada jalan keluar dari situasi sulit, dan itu satu motivasi untuk terus bergerak dan bergerak.


Tanpa harapan, manusia akan “Rapuh”, mudah menyerah dan terjebak dalam lingkaran putus asa. Harapan juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan ini baik untuk mempercepat proses penyembuhan jika kita sedang sakit.


Singkatnya, harapan adalah salah satu kekuatan yang paling siap di gunakan oleh manusia. Sebagaimana kita membutuhkan kemudahan atas “ku terus berjalan” dengan satu permohonan yaitu dalam ‘Doa’ di pagi dan malam hari.


Post a Comment

Previous Post Next Post